Pemeriksaan Klinik Neurologi Dalam Praktek
Dalam pemeriksaan klinik neurologi, salah satunya adalah pemeriksaan
fungsi kortikal. Fungsi kortikal mempunyai 2 macam gangguan yaitu :
1. General/diffuse
* Mengganggu tingkat kesadaran (koma bihemisferik) : gangguan kesadaran
relatif ringan, umumnya mengganggu kewaspadaan, perhatian, pemahaman,
kognitif dan delirium. Biasanya akut, gejala neurologis fokal tidak ada
atau tidak jelas. Terjadi pada koma metabolik misalnya hiperglikemia,
uremikum dan hepatikum. Penyakit neurologis yang mirip dengan gangguang
fungsi kortikal general misalnya meningitis/meningoensefalitis dan
perdarahan subarakhnoid.
* Mengganggu isi kesadaran : tingkat kesadaran relatif baik, hampir
seluruh fungsi mental atai isi kesadaran terganggu, sehingga mengganggu
inteligensia, berhitung, abstraksi dan memecahkan persoalan. Biasanya
subakut/kronik. Terjadi pada sindroma demensia, vegetative state (coma
vigil, apallic syndrom, cerebral death, neocortical death. Pada
vegetative state lesi organik di korteks lebih berat daripada demensia.
2. Fokal
Mengganggu fungsi bahasa (membaca dan menulis), mengganggu ingatan,
gnosis (astereognosis, abarognosis, facialagnosis, anosognosis) dan
visuo-constructive (membangun)
Afasia umumnya menunjukkan lesi yang fokal dan sering unilateral, tetapi
pada gangguan membangun (visuo-constructive) focalitasnya kurang jelas
karena menyangkut fungsi lobus frontalis, parietal dan occipital.
Gangguan daya ingat (memory)khususnya recent memory dihubungkan dengan
lesi lobus temporalis terutama bilateral, di mana lesi hemisphere
dominan umumnya lebih berpengaruh daripada lesi hemisphere non-dominan
(verbal memory), sedangkan untuk visual-memory sisi non dominan lebih
berperan daripada sisi dominan.
Meskipun pada gangguan membaca dan menulis masih sulit menentukan
fokalitasnya, tetapi umumnya lebih cenderung akibat lesi yang relatif
fokal meskipun ketajaman fokalitasnya kurang dibandingkan afasia.
Sedangkan gangguan berhitung/kalkulasi lebih cenderung ke arah lesi yang
difus.
Yang menjadi masalah dalam pemeriksaan fungsi kortikal adalah membedakan
antara lesi organik/struktural dengan gangguan psikiatrik. Misalnya
afasia sensorik mungkin sulit dibedakan dengan inkoheren, sedangkan
afasia motorik sulit dibedakan dengan mutisme. Pasien dengan
meningoensefalitis dengan gangguan fungsi kortikal (isi kesadaran)
mungkin sulit dibedakan dengan pasien psikosis/skizofrenia gaduh gelisah
disertai demam. Pada keadaan yang ragu-ragu tentunya dibenarkan bila
kita mengadakan pemeriksaan pungsi lumbal.
** Pemeriksaan fungsi kortikal
Fungsi kortikal diperiksa dengan pemeriksaan mental atau pemeriksaan
neuro-psikogenik (pemeriksaan mental lebih cepat daripada pemeriksaan
neuro-psikologis, tetapi materi yang diperiksa sama. Pemeriksaan mental
biasanya dilakukan oleh neurolog/psikiater sedangkan pemeriksaan
neuro-psikologis diperiksa oleh seorang psikolog atau neuropsikolog.
Pemeriksaan mental/neuro-psikologis meliputi :
a. Atensi/konsentrasi : penderita diminta untuk mengetukkan alat
(misalnya pensil) pada meja bila mendengar suara huruf b yang diucapkan
si pemeriksa. Kemudian pemeriksa mencatat kesalahan-kesalahan yang
dibuat oleh si penderita. Adanya kesalahan-kesalahan menunjukkan
gangguan perhatian/konsentrasi dari pasien. Gangguan atensi/konsentrasi
bisa pula diperiksa dengan "digit span". Pemeriksaan "digit span" bisa
pula untuk pemeriksaan "immediate memory". Adanya gangguan
perhatian/konsentrasi bisa diakibatkan lesi organik yang difus di
hemisfer otak atau psikiatris (neurosis cemas, depresi dan lainnya).
b. Disorientasi (kebingungan) : Meliputi disorientasi terhadap orang, waktu dan tempat. Diberi pertanyaan-pertanyaan seperti :
- Di mana saat ini penderita berada/berbaring? (disorientasi tempat)
- Tahun, bukan, tanggal, hari, jam berapa sekarang ini? (disorientasi waktu)
- Siapakah dia (anggota keluarga yang mendampingi pasien)? (disorientasi orang)
c. Kecerdasan
: Tes kecerdasan merupakan pemeriksaan terhadap fungsi
kortikal/mental seperti daya ingat, visuo-constructive, bahasa,
pemahaman abstrak dan pemecahan persoalan. Adanya gangguan kecerdasan
bisa menunjukkan lesi organik difus atau fungsional (skizofrenia)atau
retardasi mental kongenital (keturunan). Pada gangguan kecerdasan yang
didapat dan mula timbulnya kronik progressif (sebelumnya pandai) maka
perlu dipikirkan adanya penyakit organik misalnya tumor serebri atau
permulaan skizofrenia.
Pemeriksaan kecerdasan meliputi verbal score dan performance score. Skor
verbal yang sangat rendah dibandingkan performance score, curiga adanya
ganguan bahasa (afasia sensorik) atau lesi hemisfer dominan (kiri).
Sebaliknya jika performance score sangat rendah dibandingka verbal
score, curiga adanya gangguan keterampilan (visuo-constructive)
Pada anak-anak usia 3-11 tahun, untuk keperluan praktis bisa dilakukan
pemeriksaan kecerdasan dengan draw a man test (menggambar orang), bisa
menggambar kepala (bulatan) berarti sudah mempunyai umur kecerdasan 3
tahun, kemudian setiap bagian gambar seperti mata, alis, hidung, mulut,
lengan atas, lengan bawah dan sebagainya, mempunyai nilai umur
kecerdasan masing-masing 3 bulan.
Jadi, yang dinilai adalah kelengkapan gambar. Misalnya nilai umur
kecerdasan seorang anak berusia 6 tahun adalah 5 tahun, maka IQ adalah
5/6 x 100 = 83,33.
d. Bahasa : Yang harus diperiksa pada seorang dengan kecurigaan
bahasa (afasia) adalah pembicaraan spontan, pengertian (comprehension,
"naming" (mengenal benda-benda yang umum) dan "repetition" (menirukan
kata atau kalimat yang kita presentasikan). Dengan 4 macam pemeriksaan
ini, umumnya akan bisa ditentukan jenis afasia (afasia
Broca/motorik/ekspresif, afasia sensorik/Wernicke, afasia konduksi,
afasia transkortikal, afasia anomik). Gangguan bahasa/afasia umumnya
terjadi pada lesi hemisfer dominan (kiri) untuk orang yang biasa
menggunakan bagian kanan (right handed), sedangkan untuk orang kidal,
60% pusat bahasa terdapat di hemisfer kiri dan 40% dihemisfer kanan,
sehingga secara teoritis pada orang kidal gangguan bahasa/afasia tidak
seberat pada orang kanan, tetapi relatif lebih sering terjadi.
Kadang-kadang adanya afasia bisa untuk menentukan lokalisasi lesi dengan
tepat, misalnya afasia mototrik akibat lesi di area operculum lobus
frontalis, afasia Wernicke pada lesi lobus temporalis). Sebaliknya,
adanya afasia anomik meskipun merupakan lesi yang fokal tetapi tidak
mempunyai harga lokalisasi, bisa karena lesi di lobus occipital,
parietal, temporal, bahkan mungkin di lobus frontal.
- Membaca : Penderita diminta membaca sebuah kalimat dengan suara
keras, kemudian diminta menjawab pertanyaan dengan jawababn ya atau
tidak untuk mengetahui adanya gangguan pengertian (afasia sensorik).
Gangguan membaca disebut Alexia.
- Menulis : Penderita diminta menulis huruf atau angka yang
didiktekan oleh pemeriksa, bila berhasil bisa dilanjutkan dengan menulis
kata atau kalimat. Gangguan menulis disebut Agraphia.
Fungsi membaca dan menulis ini dihubungkan dengan latar belakang pendidikan pasien.
e. Memory : Ada 3 macam daya ingat dikaitkan dengan waktu retensinya (meskipun ada juga yang membagi dalam 4 maca,), yaitu :
1. Immediate memory (segera setelah presentasi)
2. Recent memory (beberapa menit, jam dan hari)
3. Remote memory (beberapa tahun)
Gangguan Immediate memory diperiksa dengan digit span, gangguan recent
memory dengan temporal orientation, sedangkan remote/old memory
diperiksa dengan menanyakan peristiwa-peristiwa penting pada masa
beberapa tahun yang lalu (nama teman dekat waktu SD, alamat rumah
tinggal selama penderita hidup atau sewaktu SMP, dan sebagainya)
f. Gnosia
: Umumnya menunjukkan lesi di daerah lobus parietalis seperti
astereognosis, abarognosis, anosognosia, facialagnosia. Sedangkan pada
visual agnosia (sindrom Anton) akibat lesi di daerah lobus occipitalis.
g. Visuo-constructive : Merupakan fungsi dari lobus frontalis
(untuk manipulasi objek), lobus parietalis (untuk koordinasi persepsi
visual dan gerakan memanipulasi objek), lobus occipitalis ( untuk
persepsi penglihatan). Meskipun demikian, nampaknya lobus parietal yang
berperan paling besar sehingga adanya gangguan pada tes membangun
(visuo-constructive) maka curiga lesi di daerah lobus parietal, terutama
di daerah hemisfer non dominan (kanan).
Tes-tes untuk fungsi visuo-constructive ini diantaranya :
* menggambarkan kubus : pasien diminta untuk mencontoh gambar kubus.
Ketidakmampuan menggambar kubus (dalam 3 dimensi) tersebut, mencurigakan
gangguan visuo-constructive (tentunya penglihatan harus cukup baik dan
tidak ada kelumpuhan-kelumpuhan tangan.lengan yang berat). Para
penderita/pasien dengan pendidikan yang sangat rendah, tugas ini sulit
dikerjakan sehingga mempersulit evaluasi.
* block design : pasien diminta mendesign dengan 4 buah blok (seperti
dadu, cuma lebih besar, dengan bidang yang mempunyai beberapa kombinasi
bentuk yang berwarna merah dan putih). Pemeriksa menunjukkan sebuah
gambar yang harus dicontoh oleh pasien dengan menyusun 4 blok tersebut,
sehingga mendapat gambar yang sesuai/sama dengan gambar contoh. Waktu
antara penyajian gambar sampai dengan penderita berhasil mencontoh
dengsn betul dicatat oleh pemeriksa. Contohnya permainan anak-anak yang
mirip dengan tes block design ini adalah permainan membangun
rumah/bangunan dengan potongan-potongan lego. Pada nak-anak, tes
visuo-constructive ini berkorelasi dengan kecerdasan, sedangkan pada
orang dewasa hal ini tidak berlaku.
Informasi : Pasien diberi pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya umum, seperti : berapa hari dalam seminggu ? di mana ibu kota Jawa Barat?
Abstraksi : dengan tes peribasa yang umum (misalnya ada udang di
balik batu), perbedaan dan persmaan suatu benda atau kata, yang dinilai
adalah pengertian abstraknya.
Kalkulasi : diberi soal-soal berhitung seperti penambahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian. Dimulai dari sederhana sampai yang
kompleks.
No comments:
Post a Comment