Tuesday, May 20, 2014

Tingkatkan Kapasitas di Bidang Pengendalian Penyakit Infeksi - PPI RS PUSAT OTAK NASIONAL

Tingkatkan Kapasitas di Bidang Pengendalian Penyakit Infeksi

Jakarta – Dewasa ini, kita menghadapi tantangan derasnya arus globalisasi transportasi, perdagangan, dan informasi. Derasnya arus globalisasi ini seakan-akan menghapuskan batas antar negara, bahkan dalam hal penyebaran penyakit menular. Saat ini, kita mendengar munculnya penyakit baru yang disebabkan oleh virus MERS-CoV atau Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus yang berasal di Timur Tengah, serta Kejadian Luar Biasa akibat Penyakit Ebola di Afrika.
“Selain itu, saat ini muncul pula ancaman yang bersumber pada Chemical, Biological, Radiological, Nuclear and Explosives (CBRNE). Ancaman ini digunakan sebagai senjata dalam berbagai konflik – termasuk konflik antar negara,” ungkap Menteri Kesehatan RI dr. Nafsiah Mboi, SpA, M.P.H dalam acara Peringatan HUT Ke-20 RSPI Sulianti Saroso, Selasa (6/05).
Terkait hal tersebut, Menkes menyampaikan bahwa RSPI Sulianti Saroso agar meningkatkan kapasitasnya di bidang pengendalian penyakit infeksi, baik dalam tatalaksana kasus, pencegahan, pengkajian maupun penelitian. Peningkatan kapasitas RSPI Sulianti Saroso hendaknya diiringi dengan langkah penguatan jejaring rujukan dalam kerjasama dengan instansi penyelenggara pelayanan, pendidikan, dan penelitian kesehatan.
“Dengan demikian, solusi berbagai masalah penyakit infeksi yang efektif dan efisien dapat segera diidentifikasi,” jelas Menkes.
Tidak hanya itu, Menkes juga mengharapkan RSPI Sulianti Saroso dapat terus melakukan evaluasi kapasitasnya secara berkala dalam menghadapi kasus-kasus emerging dan re-emerging diseases dengan strain atau varian baru. Hasil evaluasi tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan menyesuaikan metode penanganan penyakit infeksi sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknologi.

Mengenai pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Menkes berharap RSPI Sulianti Saroso dapat turut menyukseskan dan mengawal kebijakan JKN, mencegah agar tidak terjadi fraud, kecurangan atau ketidakwajaran dalam pelayanan JKN, melaksanakan kendali mutu dan kendali biaya, dan mengusahakan agar pelaksanaan dan pelayanan JKN benar-benar bermanfaat bagi masyarakat.
“Begitu pula dengan unit terkait di Kementerian Kesehatan, diharapkan pula mendukung peningkatan kapasitas RSPI Sulianti Saroso dalam berbagai aspek termasuk dukungan sumber daya,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan yang didampingi oleh Wamenkes Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc.,Ph.D dan Dirjen BUK Prof. Dr. dr. Akmal Taher, SpU (K) juga meresmikan Fasilitas Gedung Auditorium, Ruang Diklat, dan Fasilitas Pelayanan Medical Check Up. Menkes memberian apresiasi kepada semua pihak yang telah mendukung penyelesaian berbagai fasilitas baru di rumah sakit ini.
“Semoga Gedung Auditorium, Ruang Diklat, dan Fasilitas Pelayanan Medical Check Up yang diresmikan hari ini dimanfaatkan dan dipelihara dengan sebaik-baiknya untuk mendukung pelayanan rumah sakit ini – termasuk pelayanan JKN,” harap Menkes.
Sekilas mengenai peringatan HUT Ke-20, RSPI Sulianti Saroso telah berjasa dalam pengendalian penyakit menular di Indonesia. Sebelum ditetapkan namanya menjadi Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, rumah sakit dengan nama RS Karantina Jakarta ini telah ini berjasa dalam pengendalian penyakit cacar yang kemudian ter-eradikasi pada tahun 1974 dan penyakit kolera yang dewasa ini sudah jarang kita temukan.
“Kita merasa bangga juga bahwa cairan Oralit yang dikenal di dunia sebagai Oral Rehydration Salt atau ORS telah diteliti efektivitasnya dan kelayakan penggunaannya di Rumah Sakit Karantina Jakarta. Oralit berhasil menyelamatkan ratusan juta nyawa di seluruh dunia dari kematian akibat diare,” lengkap Menkes.
Setelah tahun 1994, rumah sakit ini kemudian berjasa dalam pencegahan, pengendalian, dan tatalaksana emerging infectious diseases. RSPI juga mengembangkan tatalaksana kasus HIV AIDS, menghadapi Pandemi SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) tahun 2003, dan menyikapi munculnya Flu Burung yang disebabkan Virus Influenza H5N1 sejak tahun 2005.
“Tidak hanya itu, menghadapi kejadian luar biasa akibat importasi virus Polio Liar dari luar negeri pada tahun 2005, dan menghadapi Pandemi Influenza H1N1 tahun 2009. Apresiasi saya sampaikan kepada segenap karyawan/ karyawati di masa lalu maupun di masa kini atas pengabdiannya dalam pencegahan, pengendalian, dan tatalaksana kasus penyakit infeksi,” ungkap Menkes yang juga berharap seluruh pegawai dapat bekerjasama dan saling mendukung dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif guna memberikan layanan terbaik kepada masyarakat. ***
**Berita ini disiarkan oleh Bagian Hukormas, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon : 021-5277734 atau alamat e-mail : humas.buk@gmail.com

PERSIAPAN AKREDITASI RS PUSAT OTAK NASIONAL

Dirjen BUK, “Akreditasi RS Penting sebagai Sarana Kendali Mutu dan Biaya JKN”

Surabaya – Akreditasi merupakan hal penting bagi sebuah rumah sakit. Akreditasi menjadi salah satu indikator kinerja rumah sakit yang perlu diperhatikan di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini. Tidak hanya menentukan standar pelayanan RS dalam hal keselamatan pasien, akreditasi juga sangat berkaitan erat sebagai sarana kendali mutu dan biaya JKN. Seperti yang disampaikan Dirjen Bina Upaya Kesehatan, Prof. Dr. dr. Akmal Taher, SpU (K) dalam Seminar Perumahsakitan dan Surabaya Hospital EXPO 2014, Rabu (7/05) di Surabaya.

Acara dengan tema “Perubahan Konsep Bisnis dan Pelayanan Rumah Sakit setelah Pemberlakuan Akreditasi Versi 2012 dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)” ini diselenggarakan oleh PERSI daerah Jawa Timur dan dibuka oleh Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Soekarwo. Seminar membahas isu-isu penting tentang perumahsakitan, terutama terkait Kebijakan dan Peraturan terkait Era Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Pada kesempatan ini, Dirjen mengatakan bahwa secara umum JKN mendapat tanggapan positif dari masyarakat. Hal ini tercermin dari tingginya minat masyarakat mendaftar sebagai peserta. Sampai dengan 21 Maret 2014, ada sebanyak 118.926.515 jiwa yang telah terdaftar sebagai peserta BPJS.

“Dalam pelaksanaannya, terkait keluhan masyarakat, Nakes dan manajemen Fasyankes terus dipantau dan langsung dicarikan solusi. Sosialisasi dilakukan terus menerus,” kata Dirjen dihadapan para tamu undangan dan peserta seminar.
Dirjen kemudian menyatakan bahwa selain akreditasi, ada sejumlah indikator kinerja di rumah sakit yang perlu diperhatikan dalam menyukseskan pelaksanaan JKN. Dirjen menyampaikan bahwa RS dapat dikatakan berhasil melaksanakan JKN ketika lebih dari 75% peserta puas dengan pelayanan rumah sakit.
“RS juga harus memperhatikan kualitas pelayanan kesehatan, pemenuhan komitmen pelayanan, efisiensi biaya, perencanaan mutu pelayanan dan keselamatan pasien, dan indikasi kejadian Fraud & Abuse,” lengkapnya. Dalam mencegah peluang resiko hukum dalam pelaksanaan JKN terutama terkait kendali mutu dan biaya, maka harus diperhatikan hal-hal seperti diperlukannya pemahaman konsep INA CBGs, pengkodean serta managemen resiko penanganan kewenangan pelayanan di tingkat faskes melalui penerapan PNPK dan SPO (PMK 1438 th 2010).

“Tidak hanya itu, harus juga dipahami penerapan sistem rujukan berjenjang, penetapan regulasi untuk mencegah Fraud terhadap pelayanan di RS, dan Identifikasi RS untuk melakukan perubahan dan perbaikan internal,” jelasnya. Perubahan dan perbaikan internal dapat dilakukan dengan pembentukkan dewan pengawas rumah sakit, mengoptimalkan fungsi komite medik dalam meningkatkan mutu profesionalisme tenaga SDM kedehatan RS, serta membual clinical guideline di RS.
Terkait dengan tantangan dalam era JKN, Dirjen kemudian menyatakan bahwa dalam pelaksanaan JKN yang telah dimulai sejal 1 Januari 2014 lalu masih dihadapkan dengan sejumlah tantangan seperti tarif INA CBGs, sistim verifikasi klaim, dan kemampuan FKT menyelesaikan 155 penyakit dan gejala.
“Pelayanan kesehatan ibu seperti ANC, PNC, KB di faskes tingkat pertama dibayar secara kapitasi sehingga mengurangi percepatan cakupan program dan pelayanan kesehatan di RS, termasuk 155 diagnosa pelayanan dasar tidak dapat diklaimkan. Oleh karena itu dilakukan pengaturan kejelasan prosedur rujukan medis untuk 155 diagnosa agar dapat diklaimkan RS,” tambahnya.
Dirjen kemudian menyampaikan efisiensi pelayanan di provider kesehatan dan peningkatan mutu pelaksanaan JKN akan dilakukan secara bertahap. Menurutnya, suksesnya JKN ditandai dengan program yang bersifat sustainable atau berkelanjutan. “Untuk itu perlu dikawal tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga stakeholders termasuk RS dan profesi,” tutupnya. ***
**Berita ini disiarkan oleh Bagian Hukormas, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon : 021-5277734 atau alamat e-mail : humas.buk@gmail.com

SELEKSI CPNS RS PUSAT OTAK NASIONAL

Pengambilan Kartu Ujian CPNS Kemenkes di RS Pusat Otak Nasional Jakarta Berlangsung Dengan Tertib
JAKARTA – Kementerian Kesehatan RI membuka kesempatan bagi putra-putri bangsa untuk mengikuti seleksi penerimaan dan diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kementerian Kesehatan Tahun 2013 yang akan ditempatkan di Kantor Pusat dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) milik Kementerian Kesehatan di seluruh Indonesia.
Alokasi formasi sejumlah 1.753 untuk Kantor Pusat dan Unit Pelaksana Teknis milik Kementerian Kesehatan di seluruh Indonesia dengan jenjang pendidikan D.I/D.III/D.IV/S1/S2 Bidang Kesehatan dan D.III/S1/S2 Non Kesehatan.
Para CPNS yang telah lolos seleksi administrasi, tahap selanjutnya adalah Pengambilan Kartu Peserta Ujian di Provinsi Peminatan yang dilaksanakan pada tanggal 29 – 30 Oktober 2013 di 8 (delapan) lokasi dengan Peserta seleksi sebanyak 12.575 orang (Kantor Pusat sebanyak 3.649 orang dan DKI Jakarta sebanyak 8.926 orang), terdiri dari :
  1. RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta = 1.863 orang
  2. RS Pusat Otak Nasional Jakarta = 2.519 orang
  3. RSUP Fatmawati Jakarta = 776 orang
  4. RS Persahabatan Jakarta = 1.858 orang
  5. RSAB Harapan Kita Jakarta = 802 orang
  6. RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta = 513 orang
  7. Balai Besar Laboratorium Kesehatan Jakarta = 510 orang
  8. Poltekkes Jakarta II = 3.734 orang
Pada tanggal 29 – 30 Oktober 2013 RS Pusat Otak Nasional Jakarta telah dilaksanakan Pembagian Kartu Ujian Seleksi CPNS dengan peserta sebanyak 2.519 orang terdiri dari Tenaga D.III Perawat Umum sebanyak 2.154 orang, NERS sebanyak 364 orang dan S2 Keperawatan sebanyak 1 orang.
Setelah pembagian kartu ujian seleksi CPNS ini akan ditindaklanjuti persiapan seleksi ujian pada tanggal 2 November 2013 dan Pelaksanaan Ujian pada tanggal 3 November 2013.
Pembagian kartu ujian seleksi CPNS oleh RS Pusat Otak Nasional telah berlangsung secara teratur dan sesuai rencana. Untuk seleksi kategori tenaga Dokter, D.III Farmasi dan Analis Laboratorium Kesehatan termasuk peserta seleksi CPNS di lingkungan RS Pusat Otak Nasional akan dilaksanakan di RSUP Persahabatan Jakarta.
**Berita ini disiarkan oleh Bagian Hukormas, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon : 021-5277734 atau alamat e-mail : humas.buk@gmail.com

Tuesday, May 13, 2014

Lowongan Kerja Medis di Rumah Sakit Fastabiq Sehat Pati

OPEN RECRUITMENT
Rumah Sakit Fastabiq Sehat
1. Marketing
2. Pelayanan&PenunjangMedis
3. Keperawatan
4. HRD &Umum (GA)
5. Keuangan
Posisi Yang Dibutuhkan:
Manager:
1. Manager HRD & Umum
2. Manager Pelayanan & Penunjang Medis
3. Manager Keuangan
4. Manager Keperawatan
5. Manager Dakwah & Pemasaran
Asisten Manager:
1. Asisten Manager HRD & Umum
2. Asisten Manager Pelayanan & Penunjang Medis
3. Asisten Manager Keuangan
4. Asisten Manager Keperawatan
5. Asisten Manager Dakwah & Pemasaran
Supervisor:
1. Supervisor HRD & Umum
2. Supervisor Pelayanan & Penunjang Medis
3. Supervisor Keuangan
4. Supervisor Keperawatan
5. Supervisor Dakwah & Pemasaran
Staff:
1. Staff HRD & Umum
2. Staff Pelayanan & Penunjang Medis
3. Staff Keuangan
4. Staff Keperawatan
5. Staff Dakwah & Pemasaran
PELAKSANA:
1. Humas
2. Customer Service
3. Pendaftaran / Admisi
4. Kasir
5. Farmasi / Apoteker
6. Asisten Apoteker
7. Perawat UGD
8. Poliklinik
9. Rawat Inap
10. ICU
11. Kamar Operasi
12. Bidan
13. Ahli Madya Gizi
14. Ahli Madya rekam medis
15. Radiografer
16. Analisis Laboratorium
17. Legal
18. Teknisi
19. IT
20. Dan Lain-lain
DOKTER:
1. Dokter Umum
2. Dokter Gigi
3. Dokter Gigi Spesialis
4. Dokter Spesialis
KUALIFIKASI:
Pendidikan Sesuai bidang, IPK Minimal D3, 3.00; S1,3.00; S2, 3.50
Usia maksimal : manager 35th; Asisten Manager 33th; Supervisor & Staff 30th; Pelaksana 27th
Kemampuan & Personality: Mau belajar, berjiwa kepemimpinan, memiliki integritas tinggi, dan berpikir terbuka,
mampu membaca Al-Qur’an
Penampilan Islami
Surat lamaran dikirim paling lambat;
Jabatan Manager & Asisten manager Tanggal 30 April 2014; Supervisor, Staff & Pelaksana 31 mei 2014; Dokter 31 Juni 2014
Tulis Minat di Pojok kanan atas Amplop, surat lamaran ditujukan kepada: Team Recruitmen RS Fastabiq Sehat dengan alamat BMT Fastabiq Jl. Raya Pati-tayu km 3 tambaharjo Pati atau email: recruitment@fastabiqsehat.com

ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT PUSAT OTAK NASIONAL




file PDF: [1]


BERITA NEGARA
REPUBLIK INDONESIA

No. 1226, 2012
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 045 TAHUN 2012
TENTANG
ORGANISASI DAN TATA KERJA
RUMAH SAKIT PUSAT OTAK NASIONAL JAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan melalui penanggulangan masalah kesehatan otak dan saraf secara optimal perlu dibentuk Rumah Sakit Pusat Otak Nasional;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta.

Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;
5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011;
6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Per/18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi UPT Kementerian dan Lembaga Pemerintahan Non Kementerian;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/Per/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/Menkes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan;

Memperhatikan : Persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dengan surat Nomor B/2668/M.PAN-RB/9/2012 tanggal 24 September 2012;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT PUSAT OTAK NASIONAL JAKARTA.

BAB I
KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI
Pasal 1
(1) Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta adalah Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan.
(2) Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta dipimpin oleh seorang Kepala yang disebut Direktur Utama.


Pasal 2
Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta mempunyai tugas menyelenggarakan upaya pencegahan, penyembuhan dan pemulihan di bidang otak dan saraf yang dilaksanakan secara serasi, terpadu, dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan lainnya serta melaksanakan upaya rujukan.

Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan pelayanan kesehatan otak dan saraf secara paripurna dari pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif;
b. pelaksanaan deteksi dini dan pencegahan penyakit otak dan saraf;
c. pelaksanaan asuhan dan pelayanan keperawatan;
d. pelaksanaan pelayanan rujukan;
e. pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang otak dan saraf serta kesehatan lainnya;
f. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang otak dan saraf serta kesehatan lainnya;
g. pengelolaan sumber daya manusia; dan
h. pelaksanaan keuangan dan administrasi umum.

Pasal 4
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta secara administratif dibina oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan dan secara teknis fungsional dibina oleh Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan.

BAB II
SUSUNAN ORGANISASI
Pasal 5
Organisasi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta terdiri atas:
a. Direktorat Pelayanan;
b. Direktorat Sumber Daya Manusia, Pendidikan, dan Penelitian;
c. Direktorat Keuangan dan Administrasi Umum; dan
d. Unit-Unit Non-struktural.

Bagian Pertama
Direktorat Pelayanan
Pasal 6
(1) Direktorat Pelayanan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan pelayanan medis, keperawatan, dan penunjang medis.
(2) Direktorat Pelayanan dipimpin oleh seorang Direktur.


Pasal 7
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Direktorat Pelayanan menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana pengelolaan, kebutuhan dan pengembangan pelayanan medis, keperawatan, dan penunjang medis;
b. koordinasi dan pelaksanaan kegiatan pelayanan medis, keperawatan, dan penunjang medis; dan
c. pemantauan dan evaluasi pelayanan medis, keperawatan, dan penunjang medis.

Pasal 8
Direktorat Pelayanan terdiri atas:
a. Bidang Medik;
b. Bidang Keperawatan;
c. Bidang Penunjang;
d. Instalasi; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 9
(1) Bidang Medik mempunyai tugas melaksanakan perencanaan dan pengembangan, peningkatan dan pengendalian mutu, serta pemantauan dan evaluasi pelayanan medis.
(2) Bidang Keperawatan mempunyai tugas melaksanakan perencanaan dan pengembangan, peningkatan dan pengendalian mutu, serta pemantauan dan evaluasi pelayanan keperawatan.
(3) Bidang Penunjang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan urusan pelayanan penunjang, pemantauan, dan evaluasi pelayanan penunjang medis dan keperawatan.


Bagian Kedua
Direktorat Sumber Daya Manusia, Pendidikan, dan Penelitian
Pasal 10
(1) Direktorat Sumber Daya Manusia, Pendidikan, dan Penelitian mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan sumber daya manusia, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan rumah sakit.
(2) Direktorat Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Penelitian dipimpin oleh seorang Direktur.


Pasal 11
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Direktorat Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Penelitian menyelenggarakan fungsi:
a. pengelolaan sumber daya manusia di lingkungan Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta;
b. penyusunan rencana pengelolaan, kebutuhan dan pengembangan pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan;
c. koordinasi dan pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan; dan
d. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan sumber daya manusia, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan.


Pasal 12
Direktorat Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Penelitian terdiri atas:
a. Bagian Sumber Daya Manusia;
b. Bagian Pendidikan dan Pelatihan;
c. Bagian Penelitian dan Pengembangan;
d. Instalasi; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 13
(1) Bagian Sumber Daya Manusia mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan sumber daya manusia.
(2) Bagian Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas melaksanakan perencanaan, koordinasi pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi pendidikan dan pelatihan.
(3) Bagian Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas melaksanakan perencanaan, koordinasi pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi penelitian dan pengembangan.


Bagian Ketiga
Direktorat Keuangan dan Administrasi Umum
Pasal 14
(1) Direktorat Keuangan dan Administrasi Umum mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan keuangan dan administrasi umum.
(2) Direktorat Keuangan dan Administrasi Umum dipimpin oleh seorang Direktur.


Pasal 15
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, Direktorat Keuangan dan Administrasi Umum menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana, program dan anggaran;
b. pengelolaan keuangan;
c. pelaksanaan urusan administrasi umum; dan
d. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan.

Pasal 16
Direktorat Keuangan dan Administrasi Umum terdiri atas:
a. Bagian Keuangan;
b. Bagian Administrasi Umum;
c. Instalasi; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 17
Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana, program, dan anggaran, pelaksanaan urusan perbendaharaan, akuntansi, dan mobilisasi dana.

Pasal 18
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 17, Bagian Keuangan menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran;
b. pelaksanaan urusan perbendaharaan dan akuntansi;
c. pelaksanaan urusan mobilisasi dana; dan
d. evaluasi dan penyusunan laporan pengelolaan keuangan.

Pasal 19
Bagian Keuangan terdiri atas:
a. Subbagian Program dan Anggaran;
b. Subbagian Perbendaharaan dan Akuntansi; dan
c. Subbagian Mobilisasi Dana.

Pasal 20
(1) Subbagian Program dan Anggaran mempunyai tugas melakukan penyiapan penyusunan rencana, program, dan anggaran serta evaluasi dan penyusunan laporan pengelolaan keuangan.
(2) Subbagian Perbendaharaan dan Akuntansi mempunyai tugas melakukan urusan perbendaharaan dan akuntansi.
(3) Subbagian Mobilisasi Dana mempunyai tugas melakukan urusan mobilisasi dana.


Pasal 21
Bagian Administrasi Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan ketatausahaan, publikasi, pelaporan, kerumahtanggaan, dan perlengkapan.

Pasal 22
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 21, Bagian Administrasi Umum menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan urusan ketatausahaan, publikasi dan kehumasan;
b. pelaksanaan urusan hukum, organisasi, dan tata laksana;
c. penyusunan laporan; dan
d. pelaksanaan urusan kerumahtanggaan, dan perlengkapan.

Pasal 23
Bagian Administrasi Umum terdiri atas:
a. Subbagian Tata Usaha, Hukum dan Organisasi; dan
b. Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan.

Pasal 24
(1) Subbagian Tata Usaha, Hukum dan Organisasi mempunyai tugas melakukan urusan ketatausahaan, publikasi, kehumasan, hukum, organisasi, dan tata laksana, serta penyusunan laporan.
(2) Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan mempunyai tugas melakukan urusan kerumahtanggaan dan perlengkapan.


BAB III
UNIT–UNIT NON STRUKTURAL
Bagian Pertama
Komite
Pasal 25
(1) Komite adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau profesi yang dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada Direktur Utama dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan rumah sakit.
(2) Pembentukan Komite ditetapkan oleh Direktur Utama sesuai kebutuhan rumah sakit, yang sekurang–kurangnya terdiri dari Komite Medik dan Komite Keperawatan.
(3) Komite berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
(4) Komite dipimpin oleh seorang Ketua yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama.
(5) Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis Komite ditetapkan oleh Direktur Utama setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan.


Bagian Kedua
Instalasi
Pasal 26
(1) Instalasi adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan rumah sakit.
(2) Pembentukan instalasi ditetapkan oleh Direktur Utama sesuai kebutuhan dan kemampuan rumah sakit.
(3) Instalasi berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur terkait yang dipimpin oleh seorang Kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama.
(4) Kepala Instalasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga–tenaga fungsional.
(5) Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis instalasi dilaporkan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan.


Pasal 27
(1) Di lingkungan Direktorat Pelayanan sekurang-kurangnya dibentuk Instalasi yang terdiri atas Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Neurodiagnostik, Instalasi Farmasi, dan Instalasi Gizi.
(2) Di lingkungan Direktorat Sumber Daya Manusia, Pendidikan, dan Penelitian sekurang-kurangnya dibentuk Instalasi yang terdiri atas Instalasi Pendidikan dan Pelatihan dan Instalasi Riset Neurosains Terapan.
(3) Di lingkungan Direktorat Keuangan dan Administrasi Umum sekurang-kurangnya dibentuk Instalasi yang terdiri atas Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit, Instalasi Sistem Informasi Rumah Sakit, Instalasi Pemulasaraan Jenazah, dan Instalasi Binatu.


Bagian Ketiga
Satuan Pemeriksaan Intern
Pasal 28
(1) Satuan Pemeriksaan Intern adalah Satuan Kerja non struktural yang bertugas melaksanakan pemeriksaan intern rumah sakit.
(2) Satuan Pemeriksaan Intern berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
(3) Satuan Pemeriksaan Intern ditetapkan dan dibentuk oleh Direktur Utama.


BAB IV
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Pasal 29
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing–masing berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal 30

(1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang terbagi atas berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai dengan bidang keahliannya.
(2) Masing-masing tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat(1) berada di lingkungan unit kerja rumah sakit sesuai dengan kompetensinya.
(3) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat(1) ditentukan berdasarkan beban kerja dan kebutuhan.
(4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diatur berdasarkan peraturan perundang–undangan.


BAB V
STAF MEDIK FUNGSIONAL
Pasal 31
(1) Staf Medik Fungsional adalah kelompok dokter yang bekerja di bidang medis dalam jabatan fungsional yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Utama.
(2) Staf Medik Fungsional mempunyai tugas melaksanakan diagnosa, pengobatan, pencegahan akibat penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan, penyuluhan, pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan.
(3) Dalam melaksanakan tugasnya, Staf Medik Fungsional menggunakan pendekatan tim dengan tenaga profesi terkait.


Pasal 32
Struktur organisasi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.

BAB VI
TATA KERJA
Pasal 33
Dalam melaksanakan tugasnya, setiap pimpinan organisasi di lingkungan rumah sakit wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi di dalam lingkungannya masing–masing serta dengan unit–unit lainnya.

Pasal 34
Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi bawahan dan apabila terjadi penyimpangan wajib mengambil langkah–langkah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang–undangan yang berlaku.

Pasal 35
Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengoordinasikan bawahannya dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.

Pasal 36
Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan serta menyampaikan laporan berkala pada waktunya.

Pasal 37
Setiap laporan yang diterima oleh setiap pimpinan satuan organisasi dari bawahan, wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk menyusun laporan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada bawahan.

Pasal 38
Para Direktur, Kepala Bidang/Bagian, Kepala Subbagian, Ketua Komite, Kepala Instalasi, Kelompok Jabatan Fungsional, dan Kepala Satuan Pemeriksaan Internal wajib menyampaikan laporan berkala kepada atasan masing–masing.

Pasal 39
Dalam menyampaikan laporan kepada atasannya, tembusan laporan lengkap dengan semua lampirannya disampaikan pula kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja.

Pasal 40
Dalam melaksanakan tugasnya, setiap pimpinan satuan organisasi dibantu oleh Kepala Satuan Organisasi di bawahnya dan dalam rangka pemberian bimbingan dan pembinaan kepada bawahan masing-masing wajib mengadakan rapat berkala.

BAB VII
ESELON
Pasal 41
(1) Kepala Bagian di lingkungan Direktorat Keuangan dan Administrasi Umum adalah jabatan struktural eselon III.a; dan
(2) Kepala Subbagian di lingkungan Direktorat Keuangan dan Administrasi Umum adalah jabatan struktural eselon IV.a.


BAB VIII
DEESELONISASI
Pasal 42
Direktur Utama, Direktur Pelayanan, Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Pelatihan, Direktur Keuangan dan Administrasi Umum, Kepala Bidang di lingkungan Direktorat Pelayanan, dan Kepala Bagian di lingkungan Direktorat Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Pelatihan adalah jabatan non-eselon.

Pasal 43
Jabatan sebagaimana dimaksud pada pasal 44 dapat dijabat oleh tenaga fungsional yang diberi tugas tambahan memimpin satuan kerja dan/atau unit kerja.

Pasal 44
Tunjangan jabatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 44 sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB IX
KETENTUAN DAN PENUTUP
Pasal 45
Perubahan atas susunan organisasi dan tata kerja menurut Peraturan ini ditetapkan oleh Menteri Kesehatan setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi.

Pasal 46
Tatalaksana dari Organisasi ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Kesehatan.

Pasal 47
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Oktober 2012
Menteri Kesehatan
REPUBLIK INDONESIA,

NAFSIAH MBOI


Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 6 Desember 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

AMIR SYAMSUDIN

ke atas

(c)2010 Ditjen PP :: www.djpp.depkumham.go.id || www.djpp.info || Kembali