Tuesday, June 17, 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIALIN MEMBRAN DISEASE

ASKEP HIALIN MEMBRAN DISEASE

  1. Pengertian
  • Hyaline membrane disease merupakan keadaan akut yang terutama ditemukan pada bayiprematur saat lahir atau segera setelah lahir, lebih sering pada bayi dengan usia gestasidibawah 32 minggu yang mempunyai berat badan dibawah 1500 gram.

  • Hyaline membrane disease merupakan perkembangan yang imatur pada sistem pernapasanatau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru.

  • Hyaline Membrane Disease (HMD) merupakan sindrom gawat napas yang disebabkandefisiensi surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang.Jadi, Hyaline membrane disease merupakan hal yang paling sering terjadi pada bayi prematureyang disebabkan karena defisiensi surfaktan akibat perkembangan imatur pada systempernafasan

  1. Penyebab
  • Prematuritas dengan paru-paru yang imatur (gestasi dibawah 32 minggu).
  • Gangguan atau defisiensi surfactan
  • Bayi prematur yang lahir dengan operasi caesar
  • Penurunan suplay oksigen saat janin atau saat kelahiran pada bayi matur atau prematur.

  1. Manifestasi klinis
Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel dan selanjutnya menyebabkan bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga menghambat fungsi surfaktan.
Gejala klinis yang timbul yaitu :

  • Adanya sesak napas pada bayi prematur segera setelah lahir yang ditandai dengan
  • Takipnea (> 60 x/menit).
  • Pernapasan cuping hidung
  • Grunting
  • Retraksi dinding dada
  • Sianosis
  • Gejala menetap dalam 48-96 jam pertama setelah lahir.

Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu :

  • Stadium 1. Terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara,
  • Stadium 2. Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaranairbronchogram udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi bayangan jantung dengan penurunan aerasi paru.
  • Stadium 3. Kumpulan alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihatlebih opaque dan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih luas.
  • Stadium 4. Seluruh thorax sangat opaque ( white lung ) sehingga jantung tak dapat dilihat

  1. Patofisiologi
Faktor2 yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh alveolimasih kecil sehingga sulit berkembang, pengembangan kurang sempurna karena dinding thoraxmasih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolapspada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologiparu sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25 % dari normal, pernafasanmenjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yangmenyebabkan asidosis respiratorik. Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipiddan 10% protein , lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang.Secara makroskopik, paru-paru tampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahanseperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untukmengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara bagian distalmenyebabkan edem interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasidari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanyadefisiensi surfaktan ini. Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atauvolutrauma dan toksisitas oksigen, menyebabkan kerusakan pada endothelial dan epithelial sel jalan napas bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah.Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir.Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36-72 jam setelah lahir. Prosespenyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang12 immatur dan mengalami sakit yang berat
dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadiBronchopulmonal Displasia (BPD). Gambaran radiologi tampak adanya retikulogranular karenaatelektasis,dan air bronchogram

  1. Penatalaksanaan
Dasar tindakan penatalaksanaan pada penderita adalah mempertahankan penderita dalam suasana fisiologik yang sebaik-baiknya, agar bayi mampu melanjutkan perkembangan paru dan organ lain, sehingga ia dapat mengadakan adaptasi sendiri terhadap sekitarnya. Suhu bayi dijaga agar tetap normal (36,3 – 37°C) dengan meletakkan bayi dalam inkubator antara 70 – 80%. Makanan peroral sebaiknya tidak diberikan dan bayi diberi cairan intravena yang disesuaikan dengan kebutuhan kalorinya. Adapun pemberian cairan ini bertujuan untuk memberikan kalori yang cukup, menjaga agar bayi tidak mengalami dehidrasi, mempertahankan pengeluaran cairan melalui ginjal dan mempertahankan keseimbangan asam basa tubuh. Dalam 48 jam pertama biasanya cairan yang diberikan terdiri dari glukosa/dekstrose 10% dalam jumlah 100 ml/KgBB/hari. Dengan pemberian secara ini diharapkan kalori yang dibutuhkan (40 kkal/KgBB/hari) untuk mencegah katabolisme tubuh dapat dipenuhi. Tergantung ada tidaknya asidosis, maka cairan yang diberikan dapat pula berupa campuran glukosa 10% dan natrium bikarbonat 1,5% dengan perbandingan 4 : 1. Untuk hal ini pemeriksaan keseimbangan asam basa tubuh perlu dilakukan secara sempurna. Disamping itu pemeriksaan elektrolit perlu diperhatiakn pula.
  1. Fokus pengkajian keperawatan
  1. pengkajian
Riwayat maternal
  • Menderita penyakit seperti diabetes mellitus
  • Kondisi seperti perdarahan placenta
  • Tipe dan lamanya persalinan
  • Stress fetal atau intrapartusStatus infant saat lahir

status infant saat lahir
  • Prematur, umur kehamilan
  • Apgar score, apakah terjadi aspiksia
  • Bayi prematur yang lahir melalui operasi caesar
Cardiovaskular
  • Brdikardi (dibawah 100 x per menit) dengan hipoksemia berat
  • Murmur sistolik
  • Denyut jantung dalam batas normalIntegumen

integumen
  • Pallor yang disebabkan oleh vasokontriksi periferal
  • Pitting edema pada tangan dan kaki
  • MottlingNeurologis

neurologis
  • Immobilitas, kelemahan, flaciditas
  • Penurunan suhu tubuhPulmonary

Pulmonary
  • Takipnea (pernafasan lebih dari 60 x per menit, mungkin 80 ± 100 x )
  • Nafas grunting
  • Nasal flaring
  • Retraksi intercostal, suprasternal, atau substernal
  • Cyanosis (sentral kemudian diikuti sirkumoral) berhubungan dengan persentasedesaturasi hemoglobin
  • Penurunan suara nafas, crakles, episode apnea
  1. Status behavioral
Lethargy

  1. Study diagnostik
  • Seri rontqen dada, untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi diaphragma denganoverdistensi duktus alveolar
  • Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas.Data laboratorium

Data laboratorium
  • Profil paru, untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairan amnion (untuk janinyang mempunyai predisposisi RDS)
  • Lecitin/Sphingomielin (L/S) ratio2 : 1 atau lebih mengindikasikan maturitas paru
  • Phospatidyglicerol : meningkat saat usia gestasi 35 minggu
Tingkat phosphatydylinositol
  • Analisa Gas Darah, PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60 mmHg,saturasi oksigen 92% - 94%, pH 7,31 ± 7,45
  • Level pottasium, meningkat sebagai hasil dari release potassium dari sel alveolar yangrusak









  1. Diagnosa keperawatan
  • Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan volume dan komplians paru, perfusi paru dan ventilasi alveolar.
  • Resiko tinggi deficit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan  sensible dan insensible
  • Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menghisap, penurunan motilitas usus.
  • Koping keluarga inefektif berhubungan dengan ansietas, perasaan bersalah, dan perpisahan dengan bayi sebagai akibat situasi krisis

  1. Rencana tindakan keperawatan
  1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan volume dan komplians paru, perfusi paru dan ventilasi alveolar.
  • Tujuan : Tanda dan  gejala disstres pernafasan, deviasi dari fungsi dan resiko infant terhadap RDS dapat teridentifikasi
  • Kriteria Hasil :
  • Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan adekuat dengan GDA  dalam  rentang normal .
  • Bebas dari gejala distres pernafasan.
 Kriteria hasil :
  • Bernapas tidak menggunakan cuping hidung
  • Tidak ada retraksi interkosta
  • RR :30-60 x/Menit
  • HR: 120- 140/Menit
  • Sianosis (-)
  • Ekstremitas hangat
  • Klien menunjukkan perbaikan ventilasi dan kadar oksigen jaringan dengan GDA dalam rentang normal.
  • Gas-gas darah dalam rentang normal :
  • pH        : 7,35-7,45
  • pO2      : 80-100 mmHg
  • pCO      : 235-45 mmHg
  • HCO3   : 22-26 mEg/L
  • Saturasi ≥ 95%
Intervensi
Rasional
   Mandiri
1)   Pantau dispnea, takipnea, bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan, ekspansi, paru, dan kelemahan.

TB paru mengakibatkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronchopneumonia sampai inflamasi difusi yang luas, nekrosis. Efusi pleura, dan fibrosis yang luas. Efeknya terhadap pernapasan bervariasi dari gejala ringan, dispnea berat, sampai distress pernapasan.

2)      Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat syanosis, dan perubahan warna kulit, termasuk membrane mukosa dan kuku.
Akumulasi secret dan berkurangnya jaringan paru yang sehat dapat mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan tubuh.
3)      Tunjukkan dan dukung pernapasan bibir selama ekspirasi khususnya untuk klien dengan fibrosis dan kerusakan parenkim paru.
Membuat tahanan melawan udara luar untuk mencegah kolaps/ penyempitan jalan napas sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan mengurangi napas pendek.
4)      Mengkaji status mental
Kelemahan, mudah tersinggung, bingung dapat merefleksikana adanya hipoksemia/ penurunan oksigenasi cerebral
 Kolaborasi
1)      Pemeriksaan AGD

Penurunan kadar O2 (PO2) dan / atau saturasi dan peningkatan PCO2 menunjukkan kebutuhan untuk intervensi / perubahan program terapi.

2)      Pemberian oksigen sesuai dengan kebutuhan tambahan.
Terapi oksigen dapat mengoreksi hipoksemia yang terjadi akibat penurunan ventilasi / menurunnya permukaan alveolar paru.

3)      Kortikosteroid
Berguna dalam maturitas paru.
4)      Pemberian surfaktan buatan
Meningkatkan ekspansi paru dan mencegah paru kolaps.

  1. Resiko tinggi deficit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan  sensible dan insensible.
  • Tujuan  : Anak dapat mempertahankan hidrasi yang adekuat
  • Kriteria hasil :
  • Turgor pada perut bagian depan kenyal , tidak ada edema, membran mukosa lembab , intake cairan sesuai dengan usia dan BB.
  • Output urin 1-2 ml/kg BB/jam, ubun-ubun datar, elektrolit ddarah dalam batas normal.
Intervensi
Rasional
Mandiri
1)         Berikan terapi intravena sesuai dengan anjuran dan berikan dosis pemeliharaan, selain itu berikan pula tindakan-tindakan  pencegahan

Selama fase akut, klien sering kali berada dalam kondisi yang terlalu lemah dan mengalami sesak napas yang parah. Untuk meminum cairan per oral secara adekuat dan mempertahankan hidrasi yang adekua, jika ada demam, maka kebutuhan akan cairan akan meningkat karena keringan yang berlebihan. Hal yang terjadi jika demam  membaik adalah meningkatnya penguapan karena vasodilatasi perifer, hal itu terjadi sebagai makanisme kompensasi yang digunakan oleh tubuh untuk mengeluarkan panas.

2)         Berikan susu dan cairan intravena sesuai kebutuhan.

Cairan  membantu distribusi obat-obatan dalam tubuh serta membantu menurunkan demam. Cairan bening membantu menambahkan  kalori serta menanggulangi kehilangan BB.
Kebutuhan kalori neonatus : 100 cc/BB
  1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menghisap, penurunan motilitas usus.
  • Tujuan : Mempertahankan dan mendukung intake nutrisi
  • Kriteria hasil:
  • Klien mendemonstrasikan intake makanan yang adekuat dan metabolismetubuh.
  • Intake makanan meningkat, tidak ada penurunan BB lebih lanjut, menyatakan perasaan sejahtera.

Intervensi
Rasional
1)         Berikan cairan IV dengan kandungan glukosa sesuai kebutuhan  neonatus

Makanan porsi sedikit tapi sering memerlukan lebih sedikit energy.

2)      Mengidentifikasi factor yang menyebabkan sulit menelan

Untuk dapat memilih intervensi sesuai dengan penyebab
Kolaborasi
  1. Rujuk kepada ahli diet untuk membantu memilih cairan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi .

Ahli diet adalah spesialisasi dalam ilmu gizi yang dapat membantu klien mimilih makanan yang memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan gizi sesuai dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi, berat badannya.

  1. Koping keluarga inefektif berhubungan dengan ansietas, perasaan bersalah, dan perpisahan dengan bayi sebagai akibat situasi krisis
  • Tujuan   : Meminimalkan  kecemasan dan rasa bersalah, dan mendukung bounding antara orangtua dan infant

  • Kriteria hasil :
  • Keluarga klien mengungkapkan pengetahuan tentang penyakit yang diderita oleh pasien
  • Dapat melaporkan secepatnya kepada tim medis jika terjadi sesuatu mendadak terhadap pasien
  • Keluarga pasien bisa menstabilkan emosi.





Intervensi
Rasional
Mandiri
  1. Kaji respon verbal dan non verbal orangtua terhadap kecemasan dan penggunaan koping mekanisme
Hal ini akan membantu mengidentifikasi dan membangun strategi koping yang efektif
  1. Bantu orangtua mengungkapkan perasaannya secara verbal tentang kondisi sakit anaknya, perawatan yang lama pada unit intensive, prosedur dan pengobatan infant
Membuat orangtua bebas mengekpresikan perasaannya sehingga membantu menjalin rasa saling percaya, serta mengurangi tingkat kecemasan
Berikan informasi yang akurat dan konsisten tentang kondisi perkembangan infant

Informasi dapat mengurangi kecemasan
  1. Bila mungkin, anjurkan orangtua untuk mengunjungi dan ikut terlibat dalam perawatan anaknya
Memfasilitasi proses bounding
5.  Rujuk pasien pada perawat keluarga atau komunitas
Rujukan untuk mempertahankan informasi yang adekuat, serta membantu orangtua menghadapi keadaan sakit kronis pada anaknya.



Daftar Pustaka

Melson, A. Kathryn & Marie S. Jaffe, Maternal Infant Health Care Planning, Second Edition,Springhouse Corporation, Pennsylvania, 1994

Bobak, Lowdermik. 2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.Jakarta : EGC
Leifer, Gloria. 2007.Introduction to maternity & pediatricnursing . Saunders Elsevier : St.Louis Missouri

Prwawirohardjo, Sarwano. 2005.Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
























ASUHAN KEPERAWATAN
HIALIN MEMBRAN DISEASE









Di susun oleh :
Akhira Fajriani
(092070007)



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2012



1 comment:

  1. Irrespective of receiving daily oral or future injectable depot therapies, these require health care visits for medication and monitoring of safety and response. If patients are treated early enough, before a lot of immune system damage has occurred, life expectancy is close to normal, as long as they remain on successful treatment. However, when patients stop therapy, virus rebounds to high levels in most patients, sometimes associated with severe illness because i have gone through this and even an increased risk of death. The aim of “cure”is ongoing but i still do believe my government made millions of ARV drugs instead of finding a cure. for ongoing therapy and monitoring. ARV alone cannot cure HIV as among the cells that are infected are very long-living CD4 memory cells and possibly other cells that act as long-term reservoirs. HIV can hide in these cells without being detected by the body’s immune system. Therefore even when ART completely blocks subsequent rounds of infection of cells, reservoirs that have been infected before therapy initiation persist and from these reservoirs HIV rebounds if therapy is stopped. “Cure” could either mean an eradication cure, which means to completely rid the body of reservoir virus or a functional HIV cure, where HIV may remain in reservoir cells but rebound to high levels is prevented after therapy interruption.Dr Itua Herbal Medicine makes me believes there is a hope for people suffering from,Parkinson's disease,Schizophrenia,Lung Cancer,Breast Cancer,psoriasis,Colo-Rectal Cancer,Blood Cancer,Prostate Cancer,siva.Fatal Familial Insomnia Factor V Leiden Mutation ,Epilepsy Dupuytren's disease,Desmoplastic small-round-cell tumor Diabetes ,Coeliac disease,Creutzfeldt–Jakob disease,Cerebral Amyloid Angiopathy, Ataxia,Arthritis,Amyotrophic Lateral Scoliosis,Fibromyalgia,Fluoroquinolone Toxicity
    Syndrome Fibrodysplasia Ossificans ProgresSclerosis,Alzheimer's disease,Adrenocortical carcinoma.Asthma,Allergic diseases.Hiv_ Aids,Herpe ,Copd,Glaucoma., Cataracts,Macular degeneration,Cardiovascular disease,Lung disease.Enlarged prostate,Osteoporosis.Alzheimer's disease,
    Dementia.(measles, tetanus, whooping cough, tuberculosis, polio and diphtheria),Chronic Diarrhea,
    Hpv,All Cancer Types,Diabetes,Hepatitis,I read about him online how he cure Tasha and Tara so i contacted him on drituaherbalcenter@gmail.com / info@drituaherbalcenter.com. even talked on whatsapps +2348149277967 believe me it was easy i drank his herbal medicine for two weeks and i was cured just like that isn't Dr Itua a wonder man? Yes he is! I thank him so much so i will advise if you are suffering from one of those diseases Pls do contact him he's a nice man.

    ReplyDelete